PPL Yang Tidak Kebetulan!
18:06:00
Saya kembali....... Whossssh. Setelah hampir sebulan tidak corat coret di sini. Sebulan terakhir ini saya terlalu disibukkan dengan urusan Program Pengalaman Lapangan (PPL) saya di salah satu SD di Jakarta Timur. Dari mulai membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, koreksi nilai UTS bocah-bocah sampai yang terakhir ini persiapan mental untuk ujian PPL. Seketika saya butuh waktu lebih dari 24 jam pada waktu itu. Rasanya 24 jam sehari itu tidak cukup untuk menuntaskan itu semua. Tapi thank God, IT'S OVER! I FINALLY KILL THEM ALL! HAHAHAHA. Akhirnya saya menyelesaikan PPL! I. Saya sampai hafal tanggal saya selesai PPL saking senengnya :p Emmm, sebenernya mau dibilang seneng ya seneng sih tapi..... Ada tapinya nih. Sedih ninggalin bocah-bocah yang sudah saya ajar beberapa bulan ini.... :( Walaupun mereka suka menguji kesabaran batin saya, tetap saya sebagai guru saya sedih juga kalau harus meninggallkan murid-murid saya itu. Ketika terakhir kali saya mengajar bocah-bocah kelas V itu, ketika pulang salah seorang bocah bertanya sama saya, "Miss, minggu depan masih ngajar lagi kan?" Saya jawab sambil bercanda, " Ngga ngajar lagi. Kontrak kerjanya Miss di sekolah ini sudah habis." Terus dengan sedihnya bocah itu jawab lagi, "Yah Miss, perpanjang aja kontraknya. Nanti kalau perlu kita demo ke bapak Kepala Sekolah deh. Beberapa bocah lain yang masih tinggal di kelas saat itu dengan semangat 45, teriak tandan setuju dengan pernyataan temannya, "Iya Miss. Setuju! Kalau perlu kita demo nih Miss." Saya cuma senyum. Andai saya punya kesempatan lagi ngajar di situ, tapi sayang kesempatan itu sudah berakhir. Saya hanya bisa menunggu kesempatan yang lain lagi.
Rezki, Partner PPL Saya Bersama Bocah-bocah Kelas V |
Ketika keluar kelas di hari terakhir saya terakhir ngajar, bocah-bocah cowok yang tadinya ngga tau hari itu hari terakhir saya ngajar di kelas mereka, langsung menghampiri saya. (Gosip cepat sekali menyebar di kalangan bocah SD :p) Saya langsung dikerubuti bak gula yang didekati semut. "Miss, emang bener ya Miss ngga ngajar di sini lagi nanti?" Saya senyum (*dalam hati nangis). "Iya Miss nanti ngga ngajar di sini lagi. Miss mau melanjutkan kuliah, Miss." "Yah Miss kok gitu sih". Saya kembali tersenyum dan ikut berkumpul di ruang perpustakaan bersama ketiga sahabat baru saya yang saya kenal semenjak PPL, guru pamong saya (yang paling gaul) dan dosen pembimbing saya (yang luar biasa baik hatinya). Dosen saya memberikan sedikit wejangan tentang cara kami mengajar di kelas. Sedikit tapi 'kena' banget di hati dan sanubari kami semua. Setelah itu kami berkumpul dengan para guru di ruangan sebelah dan...... perpisahan. Kata yang menyebalkan ini terpaksa saya harus alami kembali saat PPL. Saya dan sahabat PPL saya harus berpisah dengan guru-guru di tempat saya PPL. Mata saya hampir menitikkan air mata ketika harus berjabat tangan tanda perpisahan dengan guru-guru di sana. Mereka terlalu banyak memberikan saya pelajaran baru tentang dunia pendidikan yang sesungguhnya. Bagaimana hidup dan hati mereka harus sepenuhnya didedikasikan untuk pendidikan. Saya melihat seorang guru yang sudah pensiun dan menjadi seorang eyang, mendedikasikan hidupnya untuk mengajar. Semangat itu terpatri jelas di wajah dan kehidupannya. Saya melihat seorang guru muda yang terkadang harus membawa anaknya yang berumur satu tahun demi tanggung jawabnya akan dunia pendidikan yang digelutinya. Saya melihat juga seorang guru muda, yang memegang kelas dan juga harus membagi waktu dan tenaganya mengajar bahasa Inggris kelas 1-6. Saya melihat berbagai macam manusia di sana. Saya mendapat pengalaman berharga. Sesungguhnya tidak kebetulan Tuhan menempatkan saya untuk PPL di SD ini. Tidak kebetulan. Tepat pada waktuNya. Sesuai dengan rencanaNya. Tidak kebetulan saya mengenal ketiga orang sahabat baru saya. Ketiga orang yang mengajarkan saya untuk bekerja keras dan selalu ceria. Ketiga orang ini membentuk hidup saya selama empat bulan terakhir ini. Tidak kebetulan saya mendapatkan kesempatan untuk mengajar kelas V, kelas yang paling SUPER. Kelas yang tiada hari tanpa masalah. Tapi melalui mereka lah saya dibentuk menjadi seorang guru yang sangat sabar dan care. PPL ini sungguh bukan sesuatu yang kebetulan. Dan akhirnya yang tidak kebetulan ini lah yang membentuk saya dan memberikan pengalaman yang sungguh berharga yang tidak akan saya lupakan seumur hidup saya. I'm forever grateful! -@dhewdhew
Ketiga Sahabat PPL Saya, Guru Pamong dan Dosen Pembimbing Super |
Ibu Liz, Paling Disegani Di Kelas V & Eyang Sundari, Seorang Guru Berdedikasi |
0 comments
Give Me Your Comment