Cegah Banjir dengan Memilah Sampah
12:03:00Sumber: kompas.com |
Awal 2021 menjadi pengingat bagi kita semua untuk menjaga bumi dari sampah. Bencana banjir datang bertubi-tubi di Pulau Jawa dan Kalimantan. Setelah banjir surut, lihatlah berapa banyak gunungan sampah di sana? Mari kita bandingkan banjir yang terjadi di Indonesia dan di Jepang.
Sumber: googleimages |
Foto di atas sempat viral di sosial media. Banjir di Jepang jelas berbeda sekali dengan Indonesia. Air banjir tidak membawa sampah dan tidak berwarna coklat. Hal ini bisa terjadi karena Jepang memiliki sistem pengelolaan sampah yang sangat baik. Setiap rumah tangga di Jepang terbiasa memilah sampah rumah tangga yang mereka hasilkan. Jadi, ngga ada tuh orang Jepang yang membuang sampah dalam satu tempat sampah atau bahkan buang sampah sembarangan di sungai. Mereka sadar bahwa sampah yang mereka hasilkan harus dipilah dan dikelola dengan baik juga oleh pemerintah setempat.
Di Indonesia, mungkin hanya sedikit orang yang telah memilah sampah di rumah. Padahal Indonesia sudah mempunyai peraturan terkait dengan pemilahan sampah rumah tangga loh. Coba cek Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Sampah. Kenyataannya banyak orang Indonesia yang mencampur semua jenis sampah dalam satu tempat. Biasanya sampah dibungkus dalam kantong kresek lalu tukang sampah datang mengambil kantong sampah itu. Sampah tersebut berakhir begitu saja dan menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tanpa dikelola dengan baik sampai bertahun-tahun. Bahkan akibat timbunan sampah di TPA sebanyak 157 orang meninggal dunia 16 tahun lalu di TPA Leuwigajah.
tertimbun dan ratusan
Dulu saya berpikir seperti kebanyakan orang Indonesia lainnya. “Yang penting saya ngga membuang sampah sembarangan atau ke kali”. Nyatanya tidak. Sampah itu hanya berpindah tempat, dari rumah kita ke tukang sampah lalu berakhir di TPA atau bahkan bisa terbawa sampai ke laut. Lalu, apa yang harus kita lakukan agar setelah banjir tidak banyak tumpukan sampah? Jawabannya sederhana: mulai pilah sampah dari rumah.
Cara Pilah Sampah
Saya mengenal istilah pilah sampah pertama kali melalui Waste4Change, salah satu pelopor Waste Management Indonesia. Saya mulai bertanggung jawab dengan sampah yang ada di rumah. Saya membagi sampah di rumah menjadi 5 kategori; organik, plastik/kaca/logam, kertas serta residu (yang tidak bisa didaur ulang). Ibu saya suka bertanam jadi beliau membantu untuk mengolah sampah organik, seperti kulit buah, sisa sayur yang belum dimasak, dll (mudah terurai secara alami) menjadi pupuk kompos. Selain itu, saya memanfaatkan sampah organik untuk membuat eco-enzyme (cairan pembersih alami) dan juga sebagai makanan kucing-kucing yang berkeliaran di sekitar rumah.
Selanjutnya, saya memilah sampah anorganik seperti plastik, kaca, dan logam. Kok ngga sekalian digabung dengan kertas? Kertas lebih maksimal untuk didaur ulang dalam kondisi kering. Jika kertas digabung dengan sampah anorganik lainnya, ada kemungkinan kertas akan terkontaminasi dengan cairan. Oleh karena itu, untuk sampah anorganik yang masih kotor atau terdapat sisa cairan di dalamnya saya biasanya mencuci dengan sedikit sabun, bilas dengan air secukupnya, lalu keringkan. Setelah kering, biasanya saya kirim untuk didaur ulang oleh Waste4Change.
Di rumah saya memiliki 4 tempat sampah. Saya memberi label untuk setiap tempat sampah supaya keluarga saya juga bisa berlatih menaruh sampah sesuai dengan jenisnya. Untuk labelnya, saya dapat dari mbak DK Wardhani, salah satu ibu yang menerapkan prinsip Zero Waste di rumahnya. Labelnya seperti ini.
Sumber: http://minimsampah.com |
Tempat sampahnya tidak perlu yang mahal kok. Kalian bisa memanfaatkan kardus bekas seperti di gambar.
Personal Waste Management
Sumber: waste4change.com Untuk besarnya biaya berlangganan, kalian bisa cek langsung ke website Waste4Change ya. Dengan berlangganan Personal Waste Management, kita turut serta membantu mitra angkut sampah mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Selain itu Waste4Change juga bisa mengembangkan riset dalam hal pengelolaan sampah. Sampah kita pun dikelola dengan baik oleh Waste4Change dan tidak berakhir di TPA. Extended Producer Responsibility IndonesiaSebagai konsumen, kita telah bertanggung jawab terhadap sampah kita dengan memilah dan mengurangi sampah agar tidak berakhir di TPA. Nah, bagaimana dengan produsen? Produsen juga menyumbang sampah loh di TPA. Bahkan tidak sedikit gara-gara produsen yang tidak bertanggung jawab, suatu daerah bisa banjir karena limbah yang dihasilkannya. Dalam proses pembuatan suatu barang, pasti ada saja barang yang gagal atau cacat selama proses produksi. Belum lagi sampah yang dihasilkan dari sisa proses produksi dan juga barang yang cacat atau kadaluwarsa setelah proses distribusi. Selain itu, ada juga produk atau kemasan kosong yang sudah selesai digunakan oleh konsumen. Jika kalian adalah produsen yang menghadapi masalah sampah di atas, Waste4Change menyediakan peluang untuk menjadi partner kalian dalam proses daur ulang sampah tersebut. Waste4Change akan membantu kalian menjadi produsen yang bertanggung jawab. Selain itu, penerapan Extended Producer Responsibility Indonesia akan menaikkan branding produk kalian. Kepercayaan konsumen terhadap produk yang kalian pasarkan akan meningkat. Yuk, produsen juga bertanggung jawab dengan pilah sampah yang dihasilkan selama proses produksi. Keuntungan Pilah SampahNah, setelah sampah-sampah di rumah tangga (konsumen) maupun produsen suatu produk terpilah dan didaur ulang dengan baik, kita berpartisipasi untuk mengurangi timbunan sampah di TPA. Jika timbunan sampah berkurang, masa sih banjir masih mau datang? Yuk sama-sama kita pilah sampah dan menguranginya agar Indonesia terutama Kota Jakarta ngga banjir lagi. Semoga bencana tahunan ini bisa segera berakhir dengan kesadaran manusia yang bertanggung jawab akan sampah mereka. Oh ya, temen-temen ada yang sudah mulai pilah sampah belum nih? Kalau sudah, ceritain dong tantangan yang kalian hadapi selama memilah sampah. Jika belum memilah, apa alasannya? “Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog Waste4Change. Sebarkan Semangat Bijak Kelola Sampah 2021 Nama penulis: Dewi Natalia" |
40 comments
kereen dewiii. salut sama konsistennya pilah sampah. semoga sy juga bisa mengikuti jejak dewi, konsisten utk bumi kita ��
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteInformatif banget artikelnyaaa, jadi semakin semangat untuk memilah sampah dan selalu cinta lingkungan supaya bumi makin bersih :)
ReplyDeleteIrformatif dan inspiratif banget, aku jadi semakin semangat memulai untuk lebih peduli terhadap lingkuangan dari hal-hal kecil. Makasih ya udah kasih contoh yang konsisten untuk mencintai bumi ini, semangat terus berkarya Dew....
ReplyDeleteIrformatif dan inspiratif banget, aku jadi semakin semangat memulai untuk lebih peduli terhadap lingkuangan dari hal-hal kecil. Makasih ya udah kasih contoh yang konsisten untuk mencintai bumi ini, semangat terus berkarya Dew....
ReplyDeleteThanks for sharing dewiii , jadi bersemangat untuk memulai memilah sampah..
ReplyDeleteMantab ms deeeewww!! Semoga aku dan masyarakat semua juga semakin semangat buat ikut peduli lingkungan terutama soal sampah. Aamiin!!
ReplyDelete"Aku ingin MULAI pilah sampah dari rumah."
ReplyDeleteHal tersebut muncul di benak setelah baca artikel ini. Apalagi ada ide tentang penggunaan kardus bekas untuk jenis sampah berbeda. Di rumahku banyak kardus besar yang tak terpakai. Akhirnya mereka akan lekas punya manfaat. Eksekusi besok saat weekend, semoga bisa konsisten. Makasih Dhewnat... Inspiratif! Semoga banyak orang yang tergerak juga untuk lebih peduli lingkungan ya.
Waaahhh salutt 2021 ternyata masih ada yaa anak mudah yg peduli lingkungan wkwkwk lanjutkan ms dewww!! Dukung ms dew jadi duta lingkungan ����
ReplyDeleteBaru sadar memilah sampah penting bgt... thnks thor udh sharee.....
ReplyDeleteThank you infonya Dewi. Aku bahkan baru tau kalau di tahap produsen jg sudah harus bertanggung jawab dlm mengelola sampah. Bahkan baru tau udh ada peraturan dr pemerintah utk pengelolaan sampah. Harus digalakkan ini, setidaknya di tingkat RT. Bayangkan jika tiap RT pintar memilah sampah mereka, kejadian di TPA yg merenggut ratusan jiwa tidak akan terulang lagi.
ReplyDeleteMemilah sampah sebenarnya sudah diajarkan sejak dulu, pembagian kotaknya aja sudah dibagi, sampah basah, sampah kering, tapi masih banyak yang gak peduli, dipikirnya asal buang sampah aja, hehe..
ReplyDeleteKalau saya suka milihin sampai yang layak pakai dulu, terutama kardus makanan. Sayang banget dibuang, supaya bisa difungsikan lagi, setiap dapat kardus, saya amankan dulu isinya di wadah lain supaya kardusnya tetap bersih, hehe
Mauu banget konsisten melakukan hal ini, Mba
ReplyDeleteSetelah sampah-sampah di rumah tangga (konsumen) maupun produsen suatu produk terpilah dan didaur ulang dengan baik, kita berpartisipasi untuk mengurangi timbunan sampah di TPA.
Ini yang bikin lingkungan makin sehat, ye kan
Dulu suamiku pelopor bank sampah di komplek mbak, cuma gak berlangsung lama karena respon warga juga kurang. Niat baik untuk kelola sampah bermula dari rumah memang gampang-gampang susah ya. Akhirnya kita lakukan pilah sampah sendiri saja di lingkungan rumah agar diikuti oleh anak2 dan jadi contoh yang baik
ReplyDeleteyah. Sayang banget ya mbak :( Semangat terus memilah mbak dan keluarga :)
DeleteMantaop banget mba sampai punya empat tempat sampah dan memiliahnya dengan baik. Makasih sudah memotivasi ya mba :)
ReplyDeletewaduh tangerang,. tempat tinggal ku tuh.. haha.. emang sering banjir sih, apalagi ciledug indah.. huhu..
ReplyDeletewah, sudah memilah-milah sampah ya mba di rumah. yang sampah organik lumayan buat pupuk mba.. hehe
Negara berkembang kaya Indonesia ini emang masih kesulitan untuk menerapkan pengelolaan sampah yang baik dan bertanggung jawab. Boro-boro memilah, budaya buang sampah sembarangan juga masih banyak dilakukan. Setidaknya dimulai dari diri sendiri dulu buat memilah sampah dari rumah.
ReplyDeleteiya betul sekali mbak. Start small dulu.
DeleteWaste4Change ini terus konsisten mensosialisasikan memilah sampah. Semoga semakin banyak yang menyadari pentingnya hal ini. Sedih aja kalau pas banjir. Salah satu penyebabnya karena sampah yang menumpuk
ReplyDeleteMakasih mba sharingnya. Saya belum nih memilah sampah, semua masih jadi satu huhuhu salah yaa. Coba deh Saya mulai biasakan memilah sampah
ReplyDeletemasalah sampah ini emang PR banget, aku sudah memilah sampah antara sampah organik dan anorganik. Tapi begitu di ambil tukang sampah, malah di campur jadi satu. Setidaknya mempermudah pemulung lah biar gak ngorek ngorek dan bikin kececeran....
ReplyDeleteWwwwwwaaaaaaahhh program personal waste management ini ada di kota mana aja ya? selama ini tahunya bank sampah, hanya di daerahku belum ada yang bisa jemput gini mbaaa.... seneng banget kalau bisa dijemput, memudahkan banget buat aku yang punya bayi dan balita gini....
ReplyDeletedi pulau jawa sudah banyak kok mbak :) Coba cek di website nya zero waste indonesia aja mbak.
DeleteMasya Allah, keren banget Mbaa. Semoga aku bisa segera meniru!
ReplyDeletePersoalan sampah sekarang bukan cuma di kota btw, di desaku yang dulunya jarang ketemu masalah sampah, sekarang udah pada ngeluh. Apalagi kan di sini nggak ada tu tukang sampah. Semua dikelola masing2. Contoh sampah yang dikeluhkan itu pospak. Banyak yang sembarangan mbuang di kali, akibatnya menyumbat aliran air ke sawah :(((
Kesadaran masyarakat masih rendah banget masalah sampah ini, huhuu
Signifikang banget ya mba banjir yang terjadi di Indonesia dan Jepang. Sayang banget habit kita terutama masalah sampah ini. Setuju mba baiknya memang kita biasakan memilah sampah dari rumah. Ini sangat membantu. Hal sederhana yang terlupakan.
ReplyDeleteLihat gambar banjir di Jepang airnya jernih ya gak kay adi sini coklat plus sampah. Perlu banget ya untuk mmeiliah sampah mulai dari diri sendiri untuk melindungi bumi dari lautan sampah
ReplyDeletePR banget buat kita semua menjaga sampah biar nggak banjir. Kembali ke diri kota lagi ya mbak. Terimakasih sudah diingatkan
ReplyDeleteBijak mengelola sampah ini perlu banget edukasi yang baik dan benar serta kesadaran dan gaya hidup.
ReplyDeleteSoalnya aku sadar banget, hiiks~ di sekelilingku masih ada yang buang sampah seenaknya.
Alasannya, nanti ada Pak Sampah yang bersihin.
Heuheuu~
pengelolaan sampah dari rumah ini sangaat ngebantu banget, biar sampah ga menumpuk dan serba tercampur yaa mba. sederhana aja, sampah beling misalnya, kalau nggak kita sendirikan bisa melukai tukang sampah
ReplyDeleteAlhamdulillah, aku sendiri di rumah sudah sejak Lama memilah-milah sampah. Jadinya sampah yang dibuang bisa minimal. Aku masih punya satu keinginan nih terkait sampah. Kepengen bisa mengolah sampah organik. Masih belom aja nih. Kudu belajar dulu.
ReplyDeleteiya mbak, salah satu masalah dunia yang belum terpecahkan itu masalah sampah yang soulusinya belum ada yang beneran efektif. jadi memang harus dimulai dari diri sendiri dan keluarga ya mbak untuk memilah sampah agar tidak tambah banyak, kudu sederhana dalam mempergunakan barang agar gak banyak sampah
ReplyDeleteIya mba bener banget. Orang Indonesia belum terbiasa memilah sampah. Semua sampah disatukan, jadi makin mempersulit para pekerja dalam mengelolanya
ReplyDeletesampah ini masih menjadi persoalan serius di negara kita yaa karena masih banyak yang belum sadar pentingnya menjaga lingkungan dengan cara membuang sampah pada tempatnya
ReplyDeleteBanyak yang ga paham dan asal buang
ReplyDeleteSuka gemes sama orang seperti ini
Apalagi kalau yang melakukannya adalah orang dewasa
Semakin banyak yang peduli untuk memilah sampah dari rumah sendiri, maka semakin mudah pula untuk menangani masalah penumpukan sampah.
ReplyDeleteBener banget ini aku setuju 100%, banjir itu penyebab terbesarnya sampah kita abaikan. Andai semua masyarakat punya kesadaran akan sampah ya mba
ReplyDeletekeren banget ya di Jepang, banjir aja warnanya masih seperti air hujan gitu, coba di Indonesia, duuuhh warna warni deh.
ReplyDeletesaya baru belajar Mbak, pisahin sampah bekas popok (anak saya masih pakai pospak nih, clodinya udah sempit dan daya serapnya menurun maklum clodi warisan sejak si Kakak (sulung) jadilah pospak lagi, mau beli tapi kayak nanggung, rencana mau segera TT jika udah siap), sampah plastik kupisahkan, yang bekas bungkusan snack/kopi sachet/ mulai saya gunting kecil dan sedang belajar buat eco brick nih.
Tantangannya, walau udah ajarin ke anak-anak kadang mereka buang sampahnya masih dicampur (saya juga sih kadang klo udah buru-buru), tantangan lainnya, meski saya sudah berkoar-koar tapi PakSu nih yang belum sadar tentang sampah ini, jadi saya kayak masih kerja sendiri *ehh kok curhat.
keren mbak. Lead by example aja mbak. Lama2 pasti anggota keluarga yang lain pasti akan ngikutin kok :D
DeleteGive Me Your Comment