Pagi itu saya bangun tanpa adanya bunyi alarm. Saya bangun karena cuaca pagi itu sangat cerah dan dingin. Saya berasa benar-benar sedang berada di Puncak tetapi dengan suhu yang lebih dingin lagi.
Saya langsung beranjak ke dapur begitu saya bangun dari tempat tidur saya yang sangat nyaman itu. Sebenarnya tempat tidur itu dibuat untuk dua orang tetapi karena hanya saya saja yang menginap, saya pun leluasa untuk 'menguasai' tempat tidur tersebut.
Jarak dari kamar ke dapur tidak terlalu jauh, hanya beberapa langkah saja. Sesampainya di dapur kecil itu, saya membuat teh panas menggunakan water heater yang tersedia di dapur, wangi teh Inggris itu khas sekali dan sangat menghangatkan badan. Pada hari sebelumnya, Magda mengizinkan saya untuk menggunakan semua peralatan dapur dan juga menyeduh teh karena mereka tidak menyediakan sarapan pagi untuk orang yang menginap di situ. Saat saya di dapur, Magda dan Attilio belum terlihat. Sepertinya saat itu mereka masih tidur.
Setelah selesai membuat teh, saya memasak mie instan yang saya bawa dari Jakarta dan mencampurnya dengan kering kentang dan tempe yang juga saya bawa. Saya memasak dengan penuh perjuangan karena kompor yang disediakan berbeda dengan kompor gas yang biasa kita pakai di Indonesia. Karena Attilio dan Magda belum bangun, saya pun menghubungi teman saya di Jakarta untuk tutorial menggunakan kompor listrik. Dengan tutorial singkat darinya, finally, saya bisa pakai kompor listrik! :p *norak*
Sarapan pun tersedia setelah perjuangan panjang yang saya alami. Tidak sempat saya foto karena makanannya tidak spesial, hanya mie instan biasa ditambah kering kentang, tempe dan teh panas.
Selesai makan, saya langsung mencuci piring dan membersihkan dapur yang sudah saya pakai. Lalu saya mandi. Saat mandi saya sempat kebingungan menutup shower yang saya pakai untuk mandi. Sebelumnya Magda sudah menjelaskan bagaimana cara memakainya tetapi saat dia menjelaskan saya lelah dan tidak fokus. Saya mencoba untuk memutar krannya dan mati juga showernya. Saya langsung buru-buru berpakaian dan kembali ke kamar untuk mempersiapkan barang-barang yang saya harus bawa. Saya keluar kamar dan menaruh tas ransel saya di ruang tamu sembari mengirimkan pesan singkat kepada Magda jalan menuju The ICC, tempat dimana IATEFL Conference diadakan.
Tidak lama setelah saya mengirimkan pesan singkat, Magda keluar dari kamarnya sambil mengucek matanya (Maaf ya Magda.....). Magda menjelaskan jalannya kepada saya sambil menunjukkan gedung ICC yang terlihat dari jendela flat. Agar saya tidak nyasar, dia menyarankan saya untuk menggunakan google maps secara offline karena paket data 3 UK saya belum aktif saat itu.
Saya pun meyakinkan diri untuk berangkat sendiri. Magda mengingatkan saya untuk mengingat security code untuk gate agar saya bisa keluar dari flat. Beda banget sama Indonesia. Di sana, flat ngga perlu di jaga karena sistem keamanan di sana ketat sekali, semuanya pakai code.
Berhasil memasukkan security code di dekat pintu gate, gate terbuka dengan sendirinya dan saya pun memulai perjalanan hari itu.
Saya mencoba mengikuti arah google maps. Udara pagi itu dingin sekali, padahal baju yang saya pakai saat itu bahannya cukup tebal. Saya melewati rumah penduduk lalu melewati Sekolah Dasar, gedung parkir, Birmingham Canal yang sangat terkenal itu, lalu tidak lama saya melewati belakang gedung The ICC dan sampailah saya di The ICC.
The ICC, Birmingham |
Begitu sampai, saya langsung disambut oleh steward. Saya diarahkan ke lantai 2 untuk melakukan registrasi ulang. Sesampainya di meja registrasi betapa kagetnya saya karena ternyata pre-conference diadakan offsite, di luar area the ICC (Efek males baca e-mail nih), tepatnya di Aston University. Saya pun disarankan untuk naik taksi karena pre-conference untuk SIG saya sebentar lagi akan dimulai. Saya pun naik taksi dan tidak lama saya sampai di depan Aston University. Saya tidak sempat foto-foto di kampus ini karena saya terburu-buru dan tidak terpikirkan juga oleh saya untuk berfoto di sini. Oh ya, saya menghabiskan 5 poundsterling untuk ongkos taksi dari the ICC ke Aston University padahal jaraknya tidak begitu jauh. Hanya 5 menit saja untuk bisa sampai ke situ.
Setelah turun dari taksi saya langsung melihat meja pendaftaran pre-conference. Di situ saya mengambil name tag saya, diberikan air mineral dan goodie bag. Pada saat pendafaran itu saya melihat seorang bule, ya di sana memang surganya bule ya :p Dia seorang perempuan dan tinggi sekali. Saya berkenalan dengannya. Dia berasal dari New Zealand, namanya Anna. Kami sempat mengobrol sebentar dan dia memberikan tips untuk saya yang baru pertama kali datang ke conference sebesar ini.
Saya dan Anna langsung masuk ke tempat diadakannya pre-conference. Tidak lama kami masuk, acara pun dimulai.
Saya dan Anna |
Di hari itu, saya mengikuti beberapa sesi yang cukup menarik dan membuat saya semakin banyak belajar. Ternyata banyak hal tentang English Language Teaching (ELT) yang belum saya tahu. Baru pre-conference saja saya sudah banyak belajar di sini, ditambah lagi speakers dari pre-conference ini orang-orang yang sudah bertahun-tahun bergelut di dunia ELT.
Sumber: IATEFL Website |
Oh ya, saya cukup kaget ketika lunch. Saya pikir saya akan diberikan nasi atau apalah yang cukup bersahabat dengan perut saya tapi ternyata yang dihidangkan adalah lunch ala orang Inggris, hanya sandwich yang bagi orang Indonesia diperhitungkan sebagai snack not lunch :p Ya sudahlah ya, daripada saya tidak makan akhirnya saya santap juga.
Di sela-sela lunch, saya berkenalan dengan guru bahkan dosen yang berasal dari luar UK. Saya masih ngga percaya, saya bisa berada di situ dan bisa networking dengan orang-orang di luar Indonesia. Rasanya seperti mimpi.
Setelah lunch, saya lunch selesai saya harus memilih 3 workshop singkat (karena hanya 30 menit saja). 3 workshop yang saya pilih akhirnya jatuh kepada:
1. Speakpipe: https://www.speakpipe.com/
2. Edmodo: https://www.edmodo.com/?language=id
3. Online materials with British Council: http://learnenglishteens.britishcouncil.org/
Jo Hayes, British Council |
I was so excited! I want to try all these learning platforms one day in my own classroom. I also want to share what I got to teachers in Indonesia.
Tidak semua guru Indonesia tahu learning platforms di atas dan bagaimana mengaplikasikannya dalam pembelajaran bahasa Inggris.
Setelah workshop selesai, saya kembali menikmati coffee break dengan makanan yang serba Inggris. Dalam hati saya berharap mereka menyediakan gorengan, lemper, dll :p
Tidak terasa hari, pre-conference tiba di acara terakhir, closing plenary session. Sesi terakhir ini cukup menarik karena speakernya ganteng :p dan membawakan materi yang menarik, yaitu tentang Youtube dan Video Telling. I wish I could meet him again one day. In Indonesia, maybe ;)
Sumber: IATEFL Website |
Jamie Keddie |
Pre-conference hari ini ditutup dengan manis. Saya pun hendak kembali ke flat saya. Berhubung saya tidak tahu jalan, saya pun mengikuti kemana pun Anna pergi. Dia mengenalkan saya kepada seorang temannya, sudah cukup berumur, namanya Annet.
Saya, Anna dan Annet bersama-sama keluar dari Aston University dan berjalan kaki menuju Birmingham City Center. Ditengah perjalanan kami, Annet ingin membeli sesuatu untuk temannya yang bernama Jessica. Mampirlah kami di sebuah toko bernama Poundland. Sesuai dengan namanya, di sana di jual berbagai barang seharga 1 poundsterling. Kalau kita pintar memilih, kita bisa mendapatkan barang dengan kualitas bagus dan harganya tidak mahal, hanya 1 pounds saja. Saya pun ikut-ikutan dan membeli 1 buah pasta gigi, notepad, dan beberapa cokelat untuk dibawakan sebagai oleh-oleh.
Sayangnya saya lupa memotret tempat belanja tersebut.
Selesai berbelanja, Annet ingin bertemu dengan Jessica. Kami pun mampir di sebuah old pub yang bernama The Shakespeare. Di sana mereka menawarkan saya minum tetapi saya menolak karena memang saya tidak terbiasa minum-minuman keras dan takut juga kalau terjadi apa-apa pada saya sehabis minum-minum. Akhirnya saya pun memesan secangkir kopi.
Cappucino + Sugar |
Sounds weird? Yes. Bahkan saya sempat ditertawakan oleh Anet. Kalau Anna, dia cukup mengerti mengapa saya ngga mau minum. Dia sudah pernah ke Indonesia dan tahu beberapa kebiasaan orang Indonesia, salah satunya jarang minum-minum karena memang agama mayoritas di Indonesia tidak menghalalkan untuk minum-minuman keras.
The Shakespeare Menu |
Tidak lama kami memesan minuman, Jessica pun datang dan kami pun mengobrol. Saya sih sebenarnya hanya menjadi pendengar yang baik saja karena mereka membicarakan kerjaan mereka masing-masing.
Kiri ke Kanan: Jessica, Anet, dan Anna |
Selesai minum-minum, kami pun berfoto, mampir ke Tesco, sebuah supermarket, sebentar untuk membeli sayur, lauk dan nasi untuk makan malam. Saya sempat kaget ketika hendak membayar di supermarket ini. Ternyata di sini kita bisa self payment. Jadi kita scan barcode belanjaan kita, memasukkan uang ke dalam mesin kasir, menerima kembalian dan struk belanjaan, lalu memasukkan sendiri belanjaan ke dalam kantong plastik. Di sana kantong plastik berbayar, sekitar 5 pence kalau ngga salah, kalau dirupiahkan sekitar 1000 IDR. Mahal yak???? :p
Saya menenteng belanjaan saya dan kembali bertemu dengan Anet dan Anna. Tidak lama kami berjalan kaki, mereka bilang kalau mereka hendak makan malam di sebuah restoran. Saya tidak ingin mengganggu waktu mereka makan malam, saya pun memutuskan untuk pulang saja ke flat saya untuk beristirahat, tentunya dengan berjalan kaki. Saya sebenarnya ingin berjalan-jalan dengan mereka tetapi hari sudah semakin malam. Jalanan dekat flat saya itu sepi sekali, saya tidak berani kalau pulang sampai larut malam. Masalahnya di Inggris tidak ada ojek seperti di Indonesia hehehehe.
Oh ya, sepanjang perjalanan pulang kembali ke flat. Saya melewati Bullring Shopping Centre. Nama ini cukup familiar bagi saya karena nama tempat perbelanjaan ini terdapat dalam Course Book yang saya pakai ketika mengajar kursus di Rumah Belajar YCAB. Saya seperti tidak percaya ternyata tempat yang selama ini saya baca di buku itu, dapat saya kunjungi! God is good. Ini dia penampakannya.
Bullring |
Bullring Shopping Centre |
Sesampainya di flat saya langsung memasukkan sayur dan nasi yang tadi saya beli ke kulkas. Dan saya pun kembali ke kamar mungil saya untuk beristirahat dan mempersiapkan diri untuk opening IATEFL conference 2016 keesokan harinya.